panah

Jumat, 08 September 2017

WAYANG

                        Hasil gambar untuk wayang



]Tentu saja, kita semua sudah akrab dengan tradisi Indonesia yang satu ini: wayang. Dalam bahasa Jawa, istilah “wayang ” diartikan sebagai “bayang”, mengacu pada sebuah teater tuturan yang menggunakan teknik bayangan dan efek cahaya dan diiringi oleh musik gamelan. Kata wayang juga sering mengacu pada boneka wayang itu sendiri. Boneka ini dikendalikan dan disuarakan oleh “dalang” dalam pertunjukan yang dapat berlangsung selama berjam-jam. Sebagian besar pertunjukan didasarkan pada dua cerita epik dari India—Mahabarata dan Ramayana. Di Bali dan Jawa, pertunjukan wayang cenderung menggabungkan kisah-kisah Hindu dengan ide-ide Buddhis, Islam, serta cerita-cerita rakyat dan mitos.

ALAT MUSIK PENGIRING WAYANG

                        Hasil gambar untuk GAMELAN


Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau JawaMaduraBali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.

Kamis, 07 September 2017

PERBEDAAN WAYANG JAWA DAN BALI

Perbedaan mendasar antara wayang Sasak, Bali dan Jawa juga dipertegas dengan hasil simposium menurut profesor Purbocoroko. Salah satu sastrawan dan akademisi asal Jogjakarta.
“Menurut beliau, wayang Jawa itu dulu adalah mainan raja-raja,  karena itu ditonton dari dalam,” kutipnya.
Karena ditonton dari dalam maka, tampilan di dalam dibuat semenarik mungkin. Dalam harus dilengkapi dengan pakaian Jawa lengkap dengan kerisnya. Lalu pesinden berparas cantik yang menyenangkan hati para penonton. Termasuk para pemain gamelan yang harus berpakaian adat rapi dan sopan.
Berbeda halnya dengan wayang Sasak yang ditonton dari balik layar yang tidak terlalu mempermasalahkan penampilan dalang dan para sekahe (tim gamelan).
“Kita mau pakai baju oblong hingga, buka baju juga tidak masalah karena yang penting adalah cerita yang bisa dinimati para penonton dari balik layar,” kelakarnya.
Sementarawayang Bali, kerap dimainkan untuk upacara sakral. Terutama setelah upacara ngaben (kramasi atau pembakaran jenazah), ngeroras (penghormatan pada leluhur) baru pertunjukan wayang. Sebab kata Nasib, menurut kepercayaan Hindu, di saat itulah dalang memohon  kepada Sang Hyang Maha Agung, mengantarkan roh yang meninggal itu ke Suarga Loka (Surga).
“Wayang Bali dan Jawa khas dengan cerita agama Hindu. Kisahnya pun seputar Mahabarata dan Ramayana,” ungkapnya.
Sementara Wayang Sasak, diawali dari runtuhnya kerajaan Majapahit. Lalu muncul berkembang kerajaan Islam. Salah satunya Kerajaan Demak. Alkisah, di Demak banyak wali-wali yang bertugas menyebarkan agama Islam.
“Nah salah satu wali saat itu memerintahkan muridnya untuk menyebarkan agama Islam ke Lombok, melalui seni pertunjukan wayang,” ulasnya.
Dari sejumlah literatur yang ada, agama Islam masuk ke Pulau Lombok diperkirakan sekitar abad ke 16. Dibawa Sunan Prapen, putra dari Sunan Giri. Sedangkan Sunan Giri dikenal sebagai penggubah wayang gedog. Dia dan Pengeran Trenggono (Sunan Kudus) lalu membuat wayang “Kidang Kencana” pada tahun 1477. Sehingga diperkirakan dibawa Sunan Prapen ke Lombok.
Ada juga sumber lain yang menyebut, wayang Lombok, dibuat pertama kali oleh Pangeran Sangupati yaitu seorang Muballig Islam di Lombok.
“Jadi pesannya sang guru pada muridnya, kamu tidak usah-usah dor to dor. Cukup tancapkan kelir, gending, suling, nah disitulah ajaran Islam disebarkan,” jelas Nasib tentang kisah awal musal wayang kulit mulai masuk ke Lombok.
Menariknya, karena wayang Sasak adalah wayang yang membawa misi dakwah maka ceritanya, berbeda dengan Bali dan Jawa. Cerita yang dibawa pun lebih pada kisah-kisah Islami. Dikutip dari hikayat Amir Hamzah lalu disadur dalam bahasa Jawa kuno.
“Oleh pujangga Mataram Islam bernama Yosodipuro II ke dalam bahasa Kawi atau Jawi, Itulah yang menjadi babon atau cerita wayang Sasak yang namanya, serat menak,” terang Nasib.(L.M.ZAENUDIN/Lobar/r3)

ASAL USUL WAYANG

Ditinjau dari sejarah yang ada, asal usul wayang dianggap telah hadir semenjak 1500 tahun sebelum Masehi. Wayang lahir dari para cendikia nenek moyang suku Jawa di masa silam. Pada masa itu, wayang diperkirakan hanya terbuat dari rerumputan yang diikat sehingga bentuknya masih sangat sederhana. Wayang dimainkan dalam ritual pemujaan roh nenek moyang dan dalam upacara-upacara adat Jawa. Pada periode selanjutnya, penggunaan bahan-bahan lain seperti kulit binatang buruan atau kulit kayu mulai dikenal dalam pembuatan wayang. Adapun wayang kulit tertua yang pernah ditemukan diperkirakan berasal dari abad ke 2 Masehi. 

Perkembangan wayang terus terjadi. Cerita-cerita yang dimainkan pun kian berkembang. Adapun masuknya agama Hindu di Indonesia pun telah menambah khasanah kisah-kisah yang dimainkan dalam pertunjukan wayang. Kisah Mahabrata dan Ramayana merupakan 2 contoh kisah yang menjadi favorit pada zaman Hindu Budha di masa itu. Kedua epik ini dinilai lebih menarik dan memiliki kesinambungan cerita yang unik sehingga pada abad ke X hingga XV Masehi, kedua kisah inilah justru yang menjadi cerita utama dalam setiap pertunjukan wayang. Kesukaan masyarakat Jawa pada seni pertunjukan wayang pada masa tersebut juga berpengaruh terhadap proses penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Sunan Kalijaga misalnya, ketika beliau berdakwah, beliau akan menggelar pertunjukan wayang dan memainkannya untuk mengundang banyak orang datang. Dalam pertunjukan itu, beliau menyisipkan pesan moril dan dakwah islam secara perlahan agar masyarakat yang mayoritas masih memeluk Hindu dan Budha itu tertarik untuk mengetahui Islam lebih dalam.
Dari perkembangannya, pertunjukan wayang juga mulai diiringi dengan segala perlengkapan alat musik tradisional gamelan dan para sinden. Kedua pelengkap ini dihadirkan Sunan Kalijaga untuk menambah semarak pertunjukan wayang sehingga lebih menarik untuk di tonton.
Wayang kini kian dikenal. Beberapa jenis wayang juga sudah dikembangkan untuk memperkaya khasanah dunia perwayangan. Beberapa contoh wayang tersebut misalnya wayang golek, wayang orang, Wayang Kulit, Wayang Kayu, Wayang Orang, Wayang Rumput, dan Wayang Motekar. 

MACAM - MACAM WAYANG

Di Indonesia, ada beragam jenis wayang. Wayang hadir dalam berbagai bentuk, ukuran, dan medium, termasuk dalam bentuk gulungan gambar, kulit, kayu, dan topeng.

1. Wayang Beber

Hasil gambar untuk wayang beber

Wayang beber merupakan salah satu jenis wayang tertua di Indonesia. Dalam pertunjukan narasi ini, lembaran gambar panjang dijelaskan oleh seorang dalang. Wayang beber tertua dapat ditemukan di Pacitan, Donorojo, Jawa Timur. Selain dari kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana, wayang beber juga menggunakan kisah-kisah dari cerita rakyat, seperti kisah asmara Panji Asmoro Bangun dan Dewi Sekartaji.

2. Wayang Golek

Hasil gambar untuk wayang kulit

Di Jawa Tengah dan Timur, jenis wayang yang paling populer adalah wayang kulit atau  wayang kulit purwa. Wayang ini berbentuk pipih dan terbuat dari kulit kerbau atau kambing. Lengan dan kakinya bisa digerakkan. Di Bali dan Jawa, pertunjukan wayang kulit sering kali menggabungkan cerita-cerita Hindu dengan Budha dan Islam. Selain kisah-kisah religius, cerita-cerita rakyat serta mitos sering digunakan.

3. Wayang Klitik (Karucil)

                                            Hasil gambar untuk wayang klitik
Bentuk wayang ini mirip dengan wayang kulit, namun terbuat dari kayu, bukan kulit. Mereka juga menggunakan bayangan dalam pertunjukannya. Kata “klitik” berasal dari suara kayu yang bersentuhan di saat wayang digerakkan atau saat adegan perkelahian, misalnya. Kisah-kisah yang digunakan dalam drama wayang ini berasal dari kerajaan-kerajaan Jawa Timur, seperti Kerajaan Jenggala , Kediri, dan Majapahit. Cerita yang paling populer adalah tentang Damarwulan. Cerita ini dipenuhi dengan kisah perseturan asmara dan sangat digemari oleh publik.

4. Wayang Golek

Gambar terkait

Pertunjukan ini dilakukan menggunakan wayang tiga dimensi yang terbuat dari kayu. Jenis wayang ini paling populer di Jawa Barat. Ada 2 macam wayang golek, yaitu wayang golek papak cepak dan wayang golek purwa. Wayang golek yang banyak dikenal orang adalah wayang golek purwa. Kisah-kisah yang digunakan sering mengacu pada tradisi Jawa dan Islam, seperti kisah Pangeran Panji, Darmawulan, dan Amir Hamzah, pamannya Nabi Muhammad a.s.

5. Wayang Wong

Gambar terkait

Jenis wayang ini adalah sebuah drama tari yang menggunakan manusia untuk memerankan tokoh-tokoh yang didasarkan pada kisah-kisah wayang tradisional. Cerita yang sering digunakan adalah  Smaradahana. Awalnya, wayang wong dipertunjukkan sebagai hiburan para bangsawan, namun kini menyebar menjadi bentuk kesenian populer.

WAYANG

                         ]Tentu saja, kita semua sudah akrab dengan tradisi Indonesia yang satu ini: wayang. Dalam bahasa Jawa, ist...